OPT KATEGORI
BINATANG HAMA
Nama ilmiah : Bactrocera cucurbitae
Nama umum
-
Bahasa indonesia : lalat buah
-
Bahasa inggris : melon fly
Klasifikasi dari
-
ITIS :
Kingdom Animalia – Animal, animaux, animals
Phylum Arthropoda – Artrópode, arthropodes,
arthropods
Subphylum Hexapoda – hexapods
Class Insecta – insects, hexapoda, inseto,
insectes
Subclass Pterygota – insects ailés, winged insects
Infraclass Neoptera – modern, wing-folding insects
Order Diptera – mosca, mosquito, gnats,
mosquitoes, true flies
Suborder Brachycera – circular-seamed flies,
muscoid flies, short-horned flies, mouches muscoïdes
Infraorder Muscomorpha
Family Tephritidae Newman, 1834 – fruit flies,
téphrites, fruit flies
Genus Bactrocera Macquart, 1835
Subgenus Bactrocera (Zeugodacus) Hendel, 1927
Species Bactrocera cucurbitae (Coquillett,
1899) – melon fly
-
Global Biodiversity Information Facility (GBIF) Data Portal
Species: Bactrocera
curcubitae
Fase Perkembangan Bactrocera cucurbitae
Terdiri dari 4 stadium hidup:
1. Telur
2. Larva
3. Pupa
4. Dewasa
Lalat buah betina memasukkan telur kedalam kulit buah jeruk atau di
dalam luka atau cacat buah secara berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar
15 butir. Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat panjang dengan salah
satu ujungnya runcing. Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging
buah selama 6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim
perusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah
diisap dan dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan,
selain bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika
aktivitas pembusukan sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah, bersamaan
dengan masaknya buah, larva lalat buah siap memasuki tahap pupa, larva masuk
dalam tanah dan menjadi pupa. Pupa berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan
panjang 5 mm. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap
dengan 2 garis kuning membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang.
Lalat betina ujung perutnya lebih runcing dibandingkan lalat jantan. Siklus
hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari. Fase kritis tanaman
yaitu pada saat tanaman mulai berbuah terutama pada saat buah menjelang masak. Lalat
buah yang mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dan siklus hidup yang pendek
peka terhadap lingkungan yang kurang baik. Suhu optimal untuk perkembangan
lalat buah adalah 26°C, sedangkan kelembaban relatif sekitar 70%. Kelembaban
tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa. Kelembaban tanah yang
sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya mempunyai pengaruh langsung
terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih
cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan menetas
apabila terkena sinar.
Gejala Kerusakan
Tanaman
Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian
tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir
masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat
peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya
karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas.
Larva makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila
dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara
4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh
hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan
menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan
Pengendalian
terhadap serangan Bactrocera cucurbitae
Fase kritis tanaman dan saat pemantauan populasi adalah saat buah
menjelang masak. Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara mulai dari
mekanis, kultur teknis, biologi dan kimia. Di alam lalat buah mempunyai musuh
alami berupa parasitoid dari genus Biosteres dan Opius dan beberapa predator
seperti semut, sayap jala (Chrysopidae va. (ordo Neuroptera), kepik Pentatomide
(ordo Hemiptera) dan beberapa kumbang tanah (ordo Coleoptera). Peran musuh
alami belum banyak dimanfaatkan mengingat populasinya yang rendah dan banyaknya
petani yang mengendalikan hama menggunakan insektisida. Parasitoid dan predator
ini lebih rentan terhadap insektisida daripada hama yang diserangnya. Cara
mekanis adalah dengan pengumpulan dan pemungutan sisa buah yang tidak dipanen
terutama buah sotiran untuk menghindarkan hama tersebut menjadi inang potensial,
akan menjadi sumber serangan berikutnya. Pengendalian mekanis juga dapat
dilakukan dengan mengumpulkan buah yang busuk atau sudah terserang kemudian
dibenamkan kedalam tanah atau dibakar. Pembungkusan buah mulai umur 1,5 bulan
untuk mencegah peletakan telur (oviposisi), merupakan cara mekanik yang paling
baik untuk diterapkan sebagai antisipasi terhadap serangan lalat buah.
Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah
(membalik tanah) di bawah pohon/tajuk tanaman dengan tujuan agar pupa terangkat
ke permukaan tanah sehingga terkena sinar matahari dan akhirnya mati. Pengendalian
dengan cara kimia dilakukan dengan menggunakan senyawa perangkap/atraktan yang
dikombinasikan dengan insektisida. Senyawa yang umum digunakan adalah Methyl eugenol.
Caranya dengan meneteskan pada segumpal kapas sampai basah namun tidak menetes,
ditambah dengan insektisida dan dipasang pada perangkap yang sederhana, modifikasi
dari model perangkap Stiener. Alat perangkap terbuat dari dari botol bekas air minum
mineral yang lehernya berbentuk kerucut atau toples plastik. Perangkap dipasang
dekat pertanaman atau pada cabang atau ranting tanaman jeruk. Pemasangan
dilakukan sejak buah pentil (umur 1,5 bulan) sampai panen. Pemberian cairan
atraktan diulang setiap 2 minggu sampai 1 bulan. Setiap satu hektar dapat
dipasang 15-25 perangkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar