OPT KATEGORI PATOGEN
Nama umum
-
Bahasa indonesia : jamur fusarium
-
Bahasa inggris :
Klasifikasi
dari
-
Species Fungorum :
Kingdom | |
Phylum
|
|
Class
|
|
Order
|
|
Family
|
|
Genus
|
|
Species
|
|
-
Global Biodiversity Information Facility (GBIF) Data Portal
Species: Fusarium Oxysporum
Patogen Fusarium
oxysporum
FUSARIUM OXYSPORUM
Cendawan Fusarium sp.
merupakan patogen tular tanah atau “soil-borne pathogen” yang termasuk parasit
lemah. Cendawan ini menular
melalui tanah atau rimpang yang berasal
dari tanaman sakit, dan menginfeksi
melalui luka. Luka tersebut dapat terjadi karena pengangkutan benih,
penyiangan, pembumbunan, atau karena serangga dan nematoda. Apabila kondisi
lingkungan tidak menguntungkan, cendawan bertahan hidup dalam bagian tanaman,
baik di lapangan maupun selama masa penyimpanan. Pada saat kondisi lingkungan
menguntungkan, cendawan akan tumbuh dan berkembang pada bagian tanaman dan menular ke bagian tanaman lain. Walaupun tanah sudah
tertular, gejala penyakit belum nampak
pada tanaman karena
memerlukan waktu beberapa
bulan dan bila
digunakan sebagai bibit sebagian besar tanaman akan terinfeksi
cendawan patogen tersebut. Penyakit
layu Fusarium yang
disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum,
termasuk dalam kelompok penyakit tular
tanah, yang dapat
bertahan dalam waktu
yang lama. Patogen
ini, umumnya menginfeksi pada
bagian akar atau pangkal
batang tanaman. Gejala layu
fusarium tampak pada bagian
atas tanaman. Penyakit
tular tanah umumnya, sulit dikendalikan karena memiliki kisaran inang
yang luas dan dapat bertahan hidup dalam tanah dengan waktu yang
lama, serta gejala awal sulit
diidentifikasi, akibatnya penyakit sering dapat diketahui
ketika serangan sudah
lanjut.
Cendawan Fusarium
oxysporum sangat sesuai pada
tanah dengan kisaran
pH 4,5-6,0; tumbuh
baik pada biakan murni
dengan kisaran pH
3,6-8,4; sedangkan untuk pensporaan, pH
optimum sekitar 5,0.
Pensporaan yang terjadi pada
tanah dengan pH di bawah 7,0 adalah 5-20 kali lebih besar dibandingkan dengan
tanah yang mempunyai pH di atas
7. Pada pH
di bawah 7,
pensporaan terjadi secara
melimpah pada semua
jenis tanah, tetapi tidak
akan terjadi pada pH
di bawah 3,6
atau di atas
8,8. Suhu optimum
untuk pertumbuhan cendawan Fusarium oxysporum adalah 200C dan
300C, maksimum pada 370C atau di bawahnya, minimum sekitar 50C, sedangkan
optimum untuk pensporaan adalah 20-250C.
Daur hidup Fusarium oxysporum
mengalami fase patogenesis
dan saprogenesis. Pada
fase patogenesis, cendawan hidup
sebagai parasit pada tanaman inang. Apabila tidak ada tanaman inang, patogen
hidup di dalam tanah sebagai
saprofit pada sisa
tanaman dan masuk
fase saprogenesis, yang
dapat menjadi sumber
inokulum untuk menimbulkan penyakit pada tanaman
lain. Penyebaran propagul
dapat terjadi melalui
angin, air tanah, serta
tanah terinfeksi dan terbawa oleh alat pertanian dan manusia. Penyakit layu
fusarium dapat berkembang
di tanah alluvial
yang asam. Pada
umumnya di tanah
geluh yang bertekstur ringan
atau di tanah
geluh berpasir penyakit
dapat meluas dengan
lebih cepat. Inokulum F.oxysporum terdiri atas
makrokonidia, mikrokonidia, klamidospora
dan miselia. Cendawan
dapat bertahan lama
di dalam tanah selama
beberapa tahun. Populasi patogen
dapat bertahan secara alami di dalam tanah dan pada akar-akar tanaman sakit. Apabila terdapat
tanaman peka melalui akar yang luka dapat segera menimbulkan infeksi (Anonim,
1996). F. oxysporum adalah cendawan
tanah yang dapat
bertahan lama dalam
tanah sebagai klamidospora,
yang terdapat banyak dalam
akar-akar yang sakit.
Cendawan dapat bertahan
juga pada akar
bermacam-macam rumput, dan pada
tanaman jenis Heliconia. F. oxysporum menyerang melalui akar, terutama akar
yang luka. Baik luka mekanis maupun
luka yang disebabkan
nematode Radophulus similis. Tetapi ia
tidak bisa masuk
melalui batang atau
akar rimpang, meskipun bagian ini dilukai (Semangun, 1994). Setelah
masuk ke dalam
akar, cendawan berkembang
sepanjang akar menuju
batang, dan disini
cendawan berkembang secara meluas
dalam jaringan pembuluh
sebelum masuk ke
dalam batang palsu.
Pada tingkat infeksi yang lanjut miselium dapat meluas
dari jaringan pembuluh ke parenkim. Cendawan membentuk banyak spora dalam jaringan tanaman,
dan mikrokonidium dapat
terangkut dalam arus
transpirasi. Penularan dari
tanaman pisang yang sakit
ke tanaman sehat
dapat terjadi, karena
perakaran tanaman sehat
berhubungan dengan spora
yang dilepaskan tanaman sakit di
dekatnya. Pemakaian bahan tanaman yang sakit juga dapat memencarkan penyakit.
Cendawan juga dapat terbawa oleh tanah
yang melekat pada
alat pertanian. Selain
itu, perendaman tanah
dan air pengairan
juga dapat menyebabkan penyebaran bibit sakit ke daerah sekitarnya
(Semangun, 1994). Penyakit layu fusarium ini mudah sekali menular lewat
sisa-sisa tanaman, aliran air permukaan tanah, atau alat-alat pertanian atau
bibit (Anonim, 1996).
GEJALA DAN TANDA PENYAKIT
Semua fusarium
yang menyebabkan penyakit
layu dan berada
dalam pembuluh (vascular
disease) dikelompokkan dalam satu
jenis (spesies), yaitu F.
oxysporum Sclecht. Jenis ini mempunyai
banyak bentuk (forma) yang mengkhususkan diri pada jenis
(spesies) tumbuhan tertentu. Gejala yang
tampak pada tanaman cendawan ini, daun tua layu diikuti oleh daun yang lebih
muda. Kadang-kadang kelayuan didahului
dengan menguningnya daun,
terutama daun-daun bawah.
Tepi bawah daun
menjadi kuning tua (layu),
merambat ke bagian
dalam secara cepat
sehingga seluruh permukaan daun tersebut
menguning. Daun ini mengalami
nekrosis dari bagian
pinggir kearah tulang
daun. Daun-daun bagian
bawah meluruh (Anonim, 1993). Tanaman yang terserang cendawan ini menunjukkan gejala penguningan
pada daun. Gejala lebih lanjut daun-daun tiba-tiba jatuh dan akhirnya
menggantung pada batang pohon. Tangkai daun patah pada bagian pangkalnya yang berbatasan
dengan batang palsu (Semangun, 1994). Patogen
menyerang jaringan empulur
batang melalui akar
yang luka atau
terinfeksi. Batang yang
terserang akan kehilangan banyak cairan dan berubah warna menjadi
kecokelatan, pada batang kadang-kadang terbentuk akar adventif. Kadang-kadang
lapisan luar batang
palsu terbelah dari
permukaan tanah (Semangun,
1994). Cendawan ini menyerang
jaringan pembuluh batang
pisang sehingga menyebabkan
daun-daunnya menguning. Dengan
melubangi batang tanaman yang
daunnya tampak menguning
layu, akan terlihat
jaringan seperti sarang
laba-laba yang mongering dan
berwarna cokelat. Akibatnya,
tanaman sukar berbunga
dan apabila mampu
berbunga sukar membentuk buah
yang normal (Sunarjono, 1990). Tanaman
yang terserang tidak
akan mampu berbuah
atau buahnya tidak
terisi. Lamanya waktu
antara saat terjadinya infeksi
penyakit sampai munculnya gejala penyakit berlangsung kurang lebih 2 bulan
(Anonim, 1996). Buah mengering dan tidak
merunduk. Namun anakan
tampak normal meskipun
telah tercemar. Dan
bila batang dipotong melintang empulur
tampak bersih, sedangkan
pada batang palsu
terlihat ada bercak berwarna
kemerahan (Anonim, 1993). Gejala yang
paling khas adalah
gejala dalam terjadi
pada pangkal batang.
Bila pangkal batang
dibelah membujur tampak garis-garis
berwarna cokelat atau
merah. Gejala sangat
bervariasi tergantung pada
keadaan tanaman, dan lingkungan, dan biasanya serangan tampak pada
tanaman berumur 5-10 bulan (Semangun, 1994). Jika pangkal batang
dibelah membujur terlihat
garis cokelat atau
hitam menuju ke
semua arah dari
pangkal batang (bonggol) ke atas,
melalui jaringan pembuluh pangkal dan tangkai daun. Apabila bonggol pisang yang
sakit dibongkar akan tampak sebagian, besar leher akar membusuk dan berwarna
kehitam-hitaman (Anonim, 1996).
PENGENDALIAN
Upaya pengendalian
yang dapat dilakukan
untuk penyakit layu
fusarium diantaranya cara
kultur teknis dengan pemberian
pupuk organik (kompos,
pupuk kandang), penjarangan
anakan, dipotong (setelah
30 cm) kurang lebih
5 cm dari
titik tumbuh, rotasi
dengan tanaman bukan
inang (misalnya :
pepaya, nenas, jagung
dan lain-lain), pembuatan drainase,
sanitasi lingkungan pertanaman,
menghindari terjadinya luka
pada akar, menggunakan
benih sehat (bukan dari daerah serangan atau rumpun terserang, benih
dari kultur jaringan) atau benih baru setiap musim tanam, sistem
pindah tanam setelah
tiga kali panen,
maksimal tiga tahun,
pengapuran atau pemberian
abu dapur untuk menaikkan atau menjaga kestabilan pH tanah, dan penggunaan
media ampas tebu yang ditambah urea dapat mengurangi perkembangan organism pathogen
(Anonim, 1993). Cara fisik/mekanis dengan penanaman di lahan yang terinfeksi F.
oxysporum, bibit tanaman terlebih dahulu dicelupkan ke
dalam air hangat
sekitar 45o C selama
15 menit atau
dicelupkan ke dalam
suspensi musuh alaminya, misalnya Pseudomonas fluorescens.
Cara genetika penanaman
varietas yang tahan
penyakit layu fusarium,
sesuai
dengan kondisi
setempat (Semangun, 1994). Pengendalian dengan cara biologi yaitu dengan
aplikasi agens hayati misalnya Trichoderma spp., Gliocladium sp.,
Pseudomonas fluorescent, Bacillus
subtilis sebelum/pada saat tanam
(satu kilogram/lubang tanam)
yang diintroduksi bersama dengan kompos dengan perbandingan 1 : 10, atau
pada bibit (100 g/bibit). Sedangkan cara kimia semua alat yang digunakan
didisinfektan dengan kloroks satu persen (bayclean yang diencerkan 1 : 5), atau
dicuci bersih dengan sabun, dan injeksi
larutan minyak tanah atau herbisida sistemik terhadap tanaman sakit dan
anaknnya, sebanyak 5 – 15 ml/pohon tergantung ukuran/umur tanaman. Injeksi ini
dapat diulangi hingga tanaman mati (Djatnika et al., 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar